Top ads

Profil KH. Buya Abdul Syakur Yasin MA Ulama Cerdas dan Bersahaja

09 Oktober 2022, 01:07 WIB Last Updated 2022-10-08T18:22:38Z
Deskripsi Gambar
Deskripsi Gambar


Indramayu//sinyalbekasi.com
- Prof Dr KH. Abdul Syakur Yasin, MA atau yang biasa dikenal dengan sapaan Buya Syakur lahir pada 12 November 1960 di Indramayu, Jawa Barat.  


Buya Syakur merupakan sosok ulama yang sangat rendah diri (tawadhu), sederhana dan selalu menghormati kepada siapapun dan dari latar belakang apapun.


Dalam menyampaikan kajian Buya Syakur memiliki ciri khas seperti ulama Nahdlatul Ulama (NU) pada umumnya, suara Buya Syakur tidak pernah meninggi, beliau menjelaskan aneka persoalan yang sebenarnya cukup rumit, namun beliau jelaskan dengan perlahan, jelas dan fokus.


Ciri khas NU lainnya adalah isi kajian Buya Syakur lebih mengutamakan kehidupan bermuamalah di tengah kehidupan masyarakat yang majemuk.


Dilansir dari Wikipedia, Masa pendidikan Buya Syakur dari kecil hingga dewasa banyak dihabiskan di pondok pesantren. 


Beliau secara intensif menggali pengetahuan keagamaan dari Pondok Pesantren Babakan Ciwaringin, Cirebon. Lamanya belajar di pondok pesantren, membuat Buya Syakur menjadi mahir dalam berbahasa Arab. 


Hal ini kemudian yang membuat Buya Syakur menerjemahkan kitab-kitab bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia.


Setelah menyelesaikan pendidikan di Babakan, pada tahun 1971, Buya Syakur melanjutkan pendidikan di Kairo. Ketika Buya Syakur menjadi mahasiswa di sana, ia diangkat menjadi Ketua PPI (Perhimpunan Pelajar Indonesia) Kairo.


Buya Syakur selesai dengan skripsi sarjananya yang berjudul Kritik Sastra Objektif terhadap karya novel-novel Yusuf as-Siba’i (Novelis Mesir).


Kemudian pada tahun 1977, Buya Syakur yasin menyelesaikan ilmu al-Qur’an di Libya. 


Pada tahun 1979, Buya Syakur menyelesaikan sastra Arab. Tepatnya pada tahun 1981, beliau telah menyeselesaikan S2-nya dalam bidang sastra linguistik di Tunisia. Setelah itu, kemudian beliau diangkat menjadi staf ahli di Kedutaan Besar Tunisia.


Pada tingkat doktoral, Buya Syakur, mengambil kuliah di London dengan konsentrasi dialog teater dan lulus pada tahun 1985. Jadi kurang lebih sekitar 20 tahun lamanya beliau habiskan untuk belajar di Timur Tengah dan Eropa.


Tepat pada tahun 1991, Buya Syakur pulang ke Indonesia bersama Gusdur, Quraish Shihab, Nurcholis Majid dan Alwi Shihab. Setelah kembali ke Indonesia, beliau membaktikan diri berdakwah di kampung halamannya, di Indramayu.


Lima tahun (1995) setelah Buya Syakur pulang, beliau kemudian mendirikan Yayasan Pondok Pesantren Cadangpinggan tahun 2000 dan pondok pesantrennya tahun 2006. 


Selain membaktikan diri lewat pondok pesantren yang dirikan, beliau juga sering mengisi kajian pada masyarakat dan tidak jarang kajian tersebut diunggah melalui media sosial.


Keistimewaan


Keistimewaan yang dimiliki oleh Buya Syakur adalah, seperti yang pernah Gus Dur katakan bahwa di Indonesia ini cuma ada tiga orang yang berpikir analitis dalam memahami Islam, yaitu Quraish Shihab, Pak Syakur, Cak Nur.


Hal ini terbukti dari tema-tema yang diunggah lewat akun Youtube beliau yang bertema cukup berat dan banyak yang berbasis kitab kontemporer atau tasawuf, sebut saja misalnya fi Zhilali al-Qur’an, La Tahzan karya ‘Aidh al-Qarni, sampai al-Hikam Ibn ‘Athaillah as-Sakandari, dan kegemaran beliau pada menulis dan menerjemahkan buku-buku berbahasa Arab juga terlihat pada beberapa video yang diunggah akun Youtube beliau yang bertema Pembacaan Puisi.


Beberapa puisi yang beliau bacakan seringkali diangkat berdasarkan keadaan yang sering melanda masyarakat umum, tak sulit dipahami namun tetap berbobot.


Dengan gaya dan logat yang khas bahasa pantura, Buya Syakur menggambarkan sosok berisi ilmu dalam setiap mengikuti beliau berceramah. Beliau menjelaskan aneka persoalan.


Buya Syakur Yasin merupakan sosok ulama yang cerdas dan bersahaja. Kecerdasannya tak hanya diakui oleh kalangan awam, namun juga oleh insan akademis. 


Dalam usianya yang tidak muda lagi Buya Syakur tetap Istiqomah berdakwah meninggikan kalimat Allah SWT. di bumiNya ini.


(Dwi)

Komentar

Tampilkan

Terkini