SINYALBEKASI.COM - Apa itu khodam? Saat mendengar khodam, sebagian orang mengaitkannya dengan hal-hal yang berbau mistis. Khodam adalah kata dari bahasa Arab yang artinya pembantu, penjaga, atau pengawal khusus untuk mendampingi seseorang.
Selain itu, Khodam bisa disebut sebagai sesuatu yang ada kaitannya dengan makhluk gaib selain manusia. Khodam juga dapat digambarkan sebagai hubungan antara manusia dengan jin.
Bahkan, tak jarang mereka yang memiliki khodam dianggap bisa berkomunikasi dengan makhluk gaib. Di Indonesia fenomena akan khodam juga masih banyak dipercaya bahkan tak jarang dianggap dapat memperlancar kepentingan duniawi.
Berbagai macam wujud khodam yang dipercayai oleh masyarakat Indonesia, disebut memiliki kemampuan penyembuh hingga memiliki kemampuan pengasihan dan lainnya.
Lantas bagaimana hukum memiliki khodam dalam Islam? Apakah diperbolehkan?
Mengutip dari Makna Ayat-Ayat Al-Quran dalam Fenomena Penyembuhan Kesurupan susunan Farid Hasan, khodam juga disebut sebagai kekuatan suci yang bersumber dari illahi. Dengan demikian, khodam berbeda dengan ilmu hitam karena justru kebalikannya.
Khodam bukanlah roh binatang atau biasa disebut animal spirit, bukan juga kekuatan sihir atau ilmu-ilmu dukun. Hukum memiliki khodam dalam Islam sendiri diperbolehkan apabila pelakunya disiplin syariat (mustasyarri) serta mantra yang dibaca tidak bertentangan dengan syariat.
Namun, khodam yang diperbolehkan dalam Islam haruslah baik dan tidak menimbulkan dharar yaitu perbuatan yang merugikan diri sendiri. Maksudnya, khodam tersebut tidak memiliki manfaat yang sebanding termasuk menghilangkan kesadaran sebagaimana dijelaskan di dalam buku Tanya Jawab Keagamaan susunan Pustaka Ilmu Sunni Salafiyah KTB.
Dalam Al-Qur'an sendiri, Nabi Sulaiman AS pernah meminta bantuan jin untuk memindahkan kerajaan Ratu Balqis. Ini sesuai dengan yang dikisahkan dalam surat Al Anbiya ayat 82 yang berbunyi,
وَمِنَ ٱلشَّيَٰطِينِ مَن يَغُوصُونَ لَهُۥ وَيَعْمَلُونَ عَمَلًا دُونَ ذَٰلِكَ ۖ وَكُنَّا لَهُمْ حَٰفِظِينَ
Arab latin: Wa minasy-syayāṭīni may yagụṣụna lahụ wa ya'malụna 'amalan dụna żālik, wa kunnā lahum ḥāfiẓīn
Artinya: "Dan Kami telah tundukkan (pula kepada Sulaiman) segolongan syaitan-syaitan yang menyelam (ke dalam laut) untuknya dan mengerjakan pekerjaan selain daripada itu, dan adalah Kami memelihara mereka itu,"
Sekilas Mengenai Jin
Meski hidup di alam yang berbeda, jin dan manusia memiliki kesamaan. Menurut Umar Sulaiman Al-Asyqar dalam Alam al Mala'ikah al Abrar & Alam al Jinn wa asy Syayathin, manusia dan jin sama-sama memiliki akal, pengetahuan, serta mampu membedakan antara yang baik dan buruk. Selain itu, keduanya diciptakan untuk menyembah Allah SWT.
Dalam surat Adz Zariyat ayat 56, Allah berfirman:
وَمَا خَلَقْتُ ٱلْجِنَّ وَٱلْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
Artinya: "Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku,"
Kemudian, jin juga mengalami kematian layaknya manusia. Dalam sebuah riwayat hadits, Nabi SAW bersabda:
"Aku berlindung kepada keagungan-Mu yang tiada Tuhan selain Engkau. Engkau tidak pernah mati, sedangkan jin dan manusia akan mati," (HR Bukhari).
Jin mengalami pernikahan dan bereproduksi. Ini sesuai dengan apa yang dikatakan Allah dalam surat Ar Rahman ayat 56,
فِيْهِنَّ قٰصِرٰتُ الطَّرْفِۙ لَمْ يَطْمِثْهُنَّ اِنْسٌ قَبْلَهُمْ وَلَا جَاۤنٌّۚ
Artinya: "Di dalamnya ada (bidadari) yang membatasi pandangan (hanya untuk pasangannya) yang tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka dan tidak (pula) oleh jin,".
(Dwi)